Contoh Khutbah Jum’at tentang Virus Corona
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah, dengan sebenar-benar takwa, serta menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan janganlah sekali-kali meningalkan dunia ini, kecuali dalam keadaan Islam dan Khusnul Khatimah.
Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Tahun 2020, diwali dengan bencana banjir yang merenggut puluhan korban jiwa manusia. Belum hilang kesedihan kita karena banjir, tiba-tiba dikejutkan dengan musibah dahsyat, yaitu menyebarnya virus corona yang telah merenggut lebih dari 150 korban jiwa, dan ribuan lainnya telah terjangkit. Hingga badan kesehatan dunia menyatakan dunia dalam keadaan darurat virus.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Sebagai hamba Allah, kita yakin bahwa apapun yang terjadi di dunia ini adalah atas iradah (kehendak)-Nya. Kemudian sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa apapun yang terjadi di dunia pasti berhikmah. Termasuk kebaikan atau keburukannya. Lebih-lebih musibah.
Sebagai orang yang beriman kita yakin bahwa musibah yang terjadi itu memiliki, paling tidak, dua hikmah atau dua fungsi.
Yang pertama, adakalanya musibah atau bencana ini sebagai ujian. Allah berfirman :
“Setiap yang mempunyai nafas akan merasakan maut, dan kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada kamilah kamu akan kembali.” Q.S. Al-Anbiya’: 35
Setiap manusia pasti mempunyai ujian masing-masing, apapun bentuk ujian itu. semakin tinggi derajat sesorang pasti akan semakin berat ujiannya. Ibaratnya kalau kelas satu naik kelas dua, pasti ada ujiannya, demikian seterusnya. Ujian Juga diperuntukkan ketika lulus SD menuju SMP, begitupulah dari SMP ke SMA. Semakin tinggi jenjang yang dituju, maka semakin berat pula ujian yang harus dilalui.
Demikian pula dengan keimanan dan ketakwaan sesoerang. Semakin tinggi derajat ketakwaan sesorang, tentu semakin berat pula ujian yang harus dilalui. Ujian yang diberikan Allah ada dua;
Pertama, بالشَرِّ (keburukan) dengan bentuk macam-macam, sebagai contoh musibah, bencana, penyakit atau apapun bentuknya.
Suatu ketika baginda nabi ditanya,
اَيُ النَاسِ أَشَدُّ بَلاَءً ؟
“Siapa manusia yang paling berat cobaannya?”
Baginda menjawab,
الأَنْبِيَاءُ, ثٌمَّ اللأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
“Yang paling ujiannya adalah para nabi, kemudian yang semisalnya.”
Semisalnya yang dimaksud di sini adalah para sahabat, para tabi’in, para wali, para ulama’. Merekalah yang ujiannya berat.
Ketika ujian yang diberikan berupa keburukan, maka tujuannya tak lain untuk mengukur seberapa jauh ketakwaan sesorang, hingga timbul kesabaran darinya.
🤔 Cerita Pemuda yang Memburu Ridha Allah
Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ayyub. Beliau diberi cobaan yang sangat berat, hingga kehilangan harta kehilangan keluarga, kolega, teman, dan sahabat. Akan tetapi cobaan itu tidak menyurutkan sedikitpun rasa syukurnya kepada Allah. Akhirnya dengan kesabaran dan rasa syukur inilah, semua yang dimiliki nabi Ayyub dikembalikan seperti sedia kala.
Yang kedua, adakalanya ujian yang diberikan oleh Allah itu berupa خَيْرٌ (kebaikan). Bisa jadi berupa harta, tahta, kekuasaan, dan jabatan. Fungsinya tak ayal untuk mengukur seberapa besar rasa syukur kita. Sampai dimana rasa syukur dan amanah kita kepada Allah. Apakah ketika diberi harta dan kekuasaan bertambah adil dan amanah ? Atau justru semakin menyeleweng?
Sebab kebanyakan orang merasa diuji adalah ketika diberi keburukan oleh Allah. Mereka lalai bahwa kenikamatan-kenikmatan kadang termasuk dalam ujian. Jadilah kemudian orang yang jarang bersyukur, maka janji Allah :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sungguh jika kamu bersyukur atas nikmatku maka aku tambah, jika kamu mengingkarinya, maka pasti siksaku sangat berat.” Q.S. Ibrahim: 7
Fungsi kedua dari musibah atau bencana ini adalah sebagai hukuman atau azab yang diberikan Allah karena perbuatan rusak manusia. Allah berfirman :
ظَهَرَ الْفَسادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِما كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan-tangan manusia. Allah menghendaki sebagian dari (akibat) perbuatannya, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” Q.S. Ar-Rum: 41
Bisa jadi musibah banjir itu terjadi karena kebiasaan buruk kita. Misalnya, membuang sampah sembarangan, bahkan banyak saudara-saudara kita menjadikan sungai sebagai tempat sampah, sejak kapan sungai jadi sampah? Alhasil ketika hujan datang sungai meluap dan membanjiri daratan sekitarnya.
Konon virus corona itu berasal dari kelelawar dan daging ular. Orang-orang Wuhan, Cina sudah terbiasa makan daging ular, kelelawar, anjing, dsb. Ternyata tanpa disadari dari situlah virus itu menyebar dan berasal. Maka beruntunglah kita sebagai umat muslim, diharuskan memakan makanan yang halal juga tayyiban, dalam artian bersih, suci, bergizi sesuai dengan syariat.
Ada bencana yang lebih dahsyat daripada bencana-bencan fisik yang telah disebutkan, yakni bencana iman dan moral. Hilangnya iman dan kejujuran, akhlak pada diri manusia adalah bencana paling dahsyat. Cirinya saat amanah menjadi kenikmatan, keadilan tidak ditegakkan, maka tinggal menunggu waktu akhirnya.
Semoga umat Islam, khusunya bangsa Indonesia diselamatkan dari bencana ini dan menjadi baldatun tayyibatun.